Ilmu Sebagai Jalan Menembus Batas dan Meraih Kejayaan Tim Redaksi, 23/03/2025 Penulis: Prof. Dr. H. Bahaking Rama, MS (Guru Besar UIN Alauddin Makassar)Dalam khazanah budaya Makassar, kelong bukan sekadar rangkaian syair indah, tetapi juga menyimpan makna mendalam yang diwariskan oleh leluhur.DAFTAR ISI ToggleMakna Mendalam di Balik KelongMembaca: Kunci Menuju KejayaanKesimpulan: Menuntut Ilmu sebagai KewajibanSalah satu bentuknya adalah kelong kiasan, yang menggunakan personifikasi untuk menggambarkan konsep-konsep besar dalam kehidupan.Sebuah kelong klasik berikut menjadi contoh bagaimana ilmu diibaratkan sebagai jalan untuk menjelajahi semesta:ᨅᨈᨘ ᨑᨈᨙᨆ ᨑᨗᨅᨘᨒ Battu ratema ribulang (Aku telah berkunjung ke bulan)ᨆᨀᨘᨈᨊ ᨑᨗᨅᨗᨈᨚᨕᨙ Makkuta’nang ribintoeng (Bertanya banyak hal pada bintang-bintang yang bertaburan)ᨕᨄ ᨀᨊᨊ Apa kananna (Mereka menjawab dan berkata)ᨅᨘᨈᨗ ᨒᨚᨄᨚᨍᨀᨚ ᨔᨒ Bunting lompo jako sallang (Engkau akan kawin yang dirayakan dengan pesta besar dan meriah)BACA JUGA: Hindari Sifat Kikir, Penyakit Hati Yang MerusakMakna Mendalam di Balik KelongKelong ini bukan sekadar syair romantis atau imajinasi perjalanan ke angkasa, tetapi menyiratkan pesan bahwa ilmu pengetahuan memungkinkan manusia untuk menembus batas duniawi.Perjalanan ke bulan dalam kelong ini melambangkan pencapaian ilmu setinggi-tingginya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Ar-Rahman ayat 33:“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”Ilmu adalah kekuatan yang memungkinkan manusia menaklukkan batas-batas ruang dan waktu.Dengan ilmu, manusia bisa menguak rahasia alam semesta, mengembangkan teknologi, serta memperbaiki kehidupan.Dalam bait selanjutnya, bintang-bintang diibaratkan sebagai tempat bertanya dan berdiskusi, sebagaimana manusia dalam perjalanan mencari ilmu.Fenomena langit dengan bintang yang bertaburan melambangkan keluasan pengetahuan yang harus digali dan dipahami.BACA JUGA: Penyesalan: Antara Pelajaran Hidup dan Kesempatan yang HilangMembaca: Kunci Menuju KejayaanAllah menegaskan pentingnya membaca dalam wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS. Al-‘Alaq: 1)Membaca tidak hanya berarti memahami teks tertulis, tetapi juga “membaca” fenomena alam, kehidupan sosial, dan berbagai tanda kebesaran Allah.Dari proses membaca ini, lahirlah ilmu dan keterampilan yang memungkinkan seseorang mencapai keberhasilan.Tingginya ilmu seseorang pun berpengaruh terhadap kesejahteraannya. Dalam konteks kelong ini, ungkapan bunting lompo jako sallang menggambarkan pencapaian seseorang yang telah mapan secara intelektual dan ekonomi.Dengan ilmu, seseorang bisa memperoleh kehidupan yang lebih baik, hingga akhirnya mampu merayakan keberhasilan—baik dalam bentuk pernikahan yang meriah, maupun pencapaian lain dalam hidupnya.Kesimpulan: Menuntut Ilmu sebagai KewajibanLeluhur Makassar, melalui kelong ini, mengajarkan bahwa ilmu bukan sekadar alat untuk memahami dunia, tetapi juga kunci menuju kemuliaan.BACA JUGA: Wajib Bersifat Tegas dan Keras Terhadap Yahudi ZionisSebagaimana firman Allah dalam QS. At-Taubah ayat 122, yang menegaskan pentingnya memperdalam ilmu agar dapat memberi manfaat bagi orang lain:“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”Oleh karena itu, menuntut ilmu bukan sekadar pilihan, tetapi kewajiban bagi setiap individu.Dengan ilmu, manusia bisa menjelajahi dunia, memahami tanda-tanda kebesaran Allah, serta meraih kehidupan yang lebih baik—seperti yang digambarkan dalam kelong Makassar yang penuh makna ini.Semoga kita semua senantiasa diberi kesempatan dan kekuatan untuk terus belajar, bertanya, membaca, dan memahami ilmu sebagai jalan menuju kejayaan. Aamiin. (*)