Bahaya Sifat Rakus dan Cara MengatasinyaPenulis: Munawir KamaluddinRakus, atau dalam bahasa Arab disebut “al-Hirsh,” merupakan sifat tercela yang menggambarkan keinginan berlebihan terhadap harta benda, makanan, atau kesenangan duniawi.DAFTAR ISI ToggleCiri-ciri Sifat RakusSebab-sebab RakusBahaya dan Dampak RakusDampak Rakus pada IndividuDampak Rakus pada Lingkungan SosialLangkah-langkah Solutif dalam Mengatasi Penyakit RakusKesimpulanDalam Islam, rakus dianggap sebagai salah satu sifat buruk yang harus dihindari karena dapat merusak kehidupan individu dan masyarakat.Secara etimologis, rakus berarti ketamakan dan keinginan yang berlebihan terhadap sesuatu. Dalam konteks Islam, rakus merupakan sikap yang tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki, selalu ingin lebih, dan mengabaikan kebutuhan orang lain.Sifat rakus dan keserakahan (at-thama’) adalah dua penyakit hati yang berbahaya. Rakus adalah keinginan yang berlebihan terhadap sesuatu, sedangkan keserakahan adalah keinginan yang tidak pernah puas untuk memperoleh lebih banyak harta, kekuasaan, atau kenikmatan dunia.Penyakit ini menjerumuskan seseorang pada perilaku yang tidak terpuji dan melalaikan urusan akhirat.Sebaliknya, qana’ah (merasa cukup) adalah sifat yang menandakan kepuasan dan keridhaan dengan apa yang Allah berikan.Sikap ini menjauhkan seseorang dari keinginan yang berlebihan dan memberikan ketenangan batin.Wara’ adalah sikap hati-hati dan menjaga diri dari hal-hal yang syubhat (samar-samar) atau haram. Sifat ini mencerminkan kesalehan dan keimanan yang kuat, di mana seseorang mengutamakan akhirat di atas kepentingan duniawi.Dengan memiliki dua sifat ini yakni qana’ah dan sifat wara’, seseorang mampu mengendalikan keinginan yang berlebihan dan menjaga hatinya dari penyakit rakus dan keserakahan.Sifat ini membantu individu untuk hidup dengan tenang, penuh syukur, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang merugikan baik di dunia maupun di akhirat. Allah SWT berfirman:وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr: 20)Rasulullah SAW bersabda:لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى وَادِيًا ثَالِثًا، وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ“Jika anak Adam memiliki dua lembah harta, ia pasti ingin memiliki lembah ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi perut anak Adam kecuali tanah (kematian). Dan Allah akan menerima taubat siapa saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari dan Muslim)Imam Ali bin Abi Thalib RA. Pernah berkata:النَّاسُ نِيَامٌ فَإِذَا مَاتُوا انْتَبَهُوا“Manusia dalam keadaan tidur, ketika mati baru mereka terbangun.” (Qaul Sahabat)Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin menyatakan:الحِرْصُ عَادَةٌ قَبِيحَةٌ وَصِفَةٌ مَذْمُومَةٌ“Rakus adalah kebiasaan yang buruk dan sifat yang tercela.” (Ihya’ Ulumuddin)Ciri-ciri Sifat Rakus1.Tidak Pernah Puas:Selalu merasa kurang dan ingin lebih dari yang dimiliki. Allah SWT berfirman:وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ“Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta.” (QS. Adz-Dzariyat: 19)Rasulullah SAW bersabda:إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلَاثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ“Sesungguhnya Allah membenci tiga perkara: mendengar dan menyebarkan gosip, menyia-nyiakan harta, dan banyak meminta.” (HR. Bukhari)Ibnu Mas’ud berkata:BACA JUGA: Pendidikan, Antara Kewajiban dan Kebutuhanمَنْ رَضِيَ بِقَسْمِ اللَّهِ اسْتَرَاحَ جَسَدُهُ وَنَفْسُهُ“Barangsiapa yang ridha dengan pembagian Allah, maka tubuh dan jiwanya akan tenang.”Imam An-Nawawi berkata:أَكْثَرُ مَا يُفْسِدُ النَّاسَ حُبُّ الدُّنْيَا“Kebanyakan yang merusak manusia adalah cinta dunia.” (Syarh Shahih Muslim)2. Mengorbankan Prinsip:Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginan. Allah SWT berfirman:الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahf: 46)3. Kurang Bersyukur:Tidak merasa cukup dan tidak berterima kasih atas nikmat yang diberikan Allah.Rasulullah SAW bersabda:لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)4. Kecemburuan:Selalu iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain. Umar bin Khattab berkata:كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يَضَيِّعَ مَنْ يَعُولُ“Cukuplah seseorang dikatakan berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.”Ibn Qayyim Al-Jawziyyah berkata:القَنَاعَةُ عَزٌّ لَا ذُلَّ فِيهِ، وَغِنًى لَا فَقْرَ مَعَهُ“Qana’ah (rasa cukup) adalah kehormatan yang tidak ada kehinaan di dalamnya, dan kekayaan yang tidak ada kemiskinan bersamanya.” (Madarij As-Salikin)Sebab-sebab Rakus1. Kurangnya Keimanan:Tidak memiliki rasa takut kepada Allah dan kurang percaya pada rezeki yang telah ditetapkan oleh-Nya Allah SWT berfirman:كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ“Tidak! Tetapi kamu mencintai dunia dan meninggalkan akhirat.” (QS. Al-Qiyamah: 20-21)2. Pengaruh Lingkungan:Lingkungan yang materialistis dan konsumtif mendorong seseorang untuk bersikap rakus. Rasulullah SAW bersabda:لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا، وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا، وَإِنْ أَسَاءُوا أَنْ لَا تَظْلِمُوا“Janganlah kamu menjadi orang yang tidak punya pendirian yang berkata, ‘Jika orang-orang berbuat baik, kami juga berbuat baik, dan jika mereka berbuat zalim, kami juga berbuat zalim.’ Tetapi hendaknya kamu membiasakan dirimu, jika orang-orang berbuat baik, kamu berbuat baik, dan jika mereka berbuat jahat, kamu tidak berbuat zalim.” (HR. Tirmidzi)3. Kekurangan Spiritual:Kurangnya ibadah dan zikir kepada Allah menyebabkan hati menjadi keras dan tamak.Ali bin Abi Thalib berkata:ذِكْرُ اللهِ يَنْفِي النِّفَاقَ“Mengingat Allah menghilangkan kemunafikan.”Imam Al-Ghazali berkata:القلب إذا لم ينور بذكر الله اشتد ظلمته وملأته محبة الدنيا“Hati yang tidak diterangi dengan mengingat Allah akan semakin gelap dan dipenuhi dengan kecintaan terhadap dunia.” (Ihya’ Ulumuddin)4. Kebiasaan Buruk:Terbiasa hidup dalam kemewahan dan berlebihan sehingga sulit untuk merasa cukup. Allah SWT berfirman:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagimu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”(al- Maidah : 87)Bahaya dan Dampak Rakus1. Menghancurkan Diri Sendiri:Allah SWT berfirman:BACA JUGA: Penyesalan di Hari Kemenanganوَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ“Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At-Taghabun: 16)Rasulullah SAW bersabda:إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ“Hati-hatilah terhadap kekikiran, karena kekikiran telah membinasakan orang-orang sebelum kamu.” (HR. Muslim)2. Menghalalkan Segala Cara:Allah SWT berfirman:وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil.” (QS. Al-Baqarah:188)Abdullah bin Mas’ud berkata:مَنْ أَكَلَ مَالَ أَخِيهِ ظُلْمًا، لَمْ يُبَارِكْ لَهُ فِي رِزْقِهِ“Barangsiapa memakan harta saudaranya dengan cara zalim, tidak akan diberkahi rezekinya.”Dampak Rakus pada Individu1. Kecemasan dan Stres:Allah SWT berfirman:الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)Rasulullah SAW bersabda:مَنْ جَعَلَ هُمُومَهُ هَمًّا وَاحِدًا كَفَاهُ اللَّهُ هُمُومَ الدُّنْيَا“Barangsiapa yang menjadikan segala kekhawatirannya menjadi satu kekhawatiran (kepada akhirat), Allah akan mencukupi kekhawatiran dunianya.” (HR. Ibn Majah)2. Kerusakan Mental dan Spiritual:Allah SWT berfirman:وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (QS. Ta-Ha: 124)Ibn Qayyim Al-Jawziyyah berkata:مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ قَتَلَتْهُ هُمُومُهَا“Barangsiapa yang dunia menjadi kekhawatirannya, maka akan terbunuh oleh kekhawatirannya.” (Madarij As-Salikin)Dampak Rakus pada Lingkungan Sosial1. Ketidakadilan Sosial:Allah SWT berfirman:كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ“Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS. Al-Hashr: 7)Rasulullah SAW bersabda:إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشُّحُّ الْمُطَاعُ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang bangga terhadap pendapatnya sendiri.” (HR. Ahmad)2. Munculnya Kejahatan dan Konflik:Ali bin Abi Thalib berkata:إِنَّ حُبَّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ“Sesungguhnya cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan.”Imam Al-Ghazali berkata:مَنْ أَكْثَرَ مِنْ حُبِّ الدُّنْيَا أَكْثَرَ مِنَ النِّزَاعِ وَالْفَسَادِ“Barangsiapa yang banyak mencintai dunia, maka akan banyak pula pertikaian dan kerusakan.” (Ihya’ Ulumuddin)Langkah-langkah Solutif dalam Mengatasi Penyakit Rakus1. Meningkatkan Keimanan:Memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.Allah SWT berfirman:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41)Rasulullah SAW bersabda:مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ“Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dan orang yang tidak mengingat-Nya adalah seperti perumpamaan orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Bukhari)2. Bersyukur:Selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah. Allah SWT berfirman:لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌBACA JUGA: Waspadai Upaya Sekularisasi Negeri!“Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)Rasulullah SAW bersabda:مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيرِهَا“Barangsiapa di antara kalian yang memasuki pagi hari dalam keadaan aman, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia seluruhnya telah diberikan kepadanya.” (HR. Tirmidzi)3. Hidup Sederhana:Menghindari gaya hidup mewah berlebihan. Allah SWT berfirman:وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan)4. Meningkatkan Kepedulian Sosial:Membantu sesama, bersedekah, dan berinfak. Allah SWT berfirman:مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)Rasulullah SAW bersabda:مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ“Harta tidak akan berkurang dengan bersedekah, dan tidaklah seseorang pemaaf kecuali Allah menambah kemuliaan kepadanya, dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim)5. Membiasakan Diri dengan Qana’ah:Merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Allah SWT berfirman:فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya menyembah.” (QS. An-Nahl: 114)Rasulullah SAW bersabda:قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah memberikan rasa qana’ah (merasa cukup) atas apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim)يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagimu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”( al-Majdah: 87)KesimpulanSifat rakus dan keserakahan dalam Islam adalah dua penyakit hati yang sangat dikecam karena membawa dampak buruk bagi individu dan masyarakat.Islam mengajarkan untuk hidup dengan sederhana, bersyukur atas nikmat yang ada, dan berbagi dengan sesama.Dengan meningkatkan keimanan dan kepedulian sosial, kita dapat mengatasi sifat rakus dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.Menghindari sifat rakus dan Keserakahan bukan hanya tentang mengendalikan keinginan duniawi, tetapi juga tentang memperkuat hubungan dengan Allah SWT dan sesama manusia.Semoga kita semua dijauhkan dari sifat rakus dan diberkahi dengan sifat qana’ah, kesederhanaan, dan kepedulian sosial. [*]PERCIK adalah media informasi daring yang dikelola oleh MD KAHMI Kota Makassar, didedikasikan bagi segenap warga KAHMI untuk berbagi berita, opini dan informasi terbaru yang berkaitan dengan eksistensi dan kegiatan organisasi KAHMI, serta gagasan dan pemikiran mengenai keislaman dan keindonesiaan. Kirimkan press release berita, artikel atau opini Anda melalui form ini.